top of page

Trick & Tips Digital PR

5 Kiat Sukses Jalankan Digital PR

Era digital telah mengubah banyak hal lho, PRCners. Termasukk cara bekerja para praktisi public relations. Apa saja yang harus diperhatikan para praktisi PR untuk mengelola digital PR yang sukses?

Mengutip pada artikel PR Indonesia, Menurut pakar digital PR dari London School of Public Relations (LSPR) Andi Primaretha, sedikitnya ada lima hal yang harus diperhatikan praktisi PR untuk masuk ke digital PR.

Pertama, memahami digital media ecosystem. PR di era digital kini bukan sekadar earned media, PR juga mengelola owned media, rented media, advertising, paid media, dan search engine.

“PR bukan hanya media relations, sekarang semuanya terhubung. Bagaimana kita membuat konten yang menarik di website, itu juga PR. Bagaimana kita mengelola media sosial yang baik, itu juga PR. Dan bukan berarti anti iklan. Iklan di era sekarang bukan hanya untuk mempersuasi orang untuk beli, tapi juga untuk meningkatkan impresi sebuah konten,” kata Andi saat menjadi pembicara dalam workshop Uji Kompetensi Humas, di Jakarta, Rabu (26/7/2017)

Andi mengingatkan, hal yang sering dilupakan adalah search engine. Karena itu, hal kedua yang harus diperhatikan PR adalah mempelajari bagaimana Google think. Hal ini penting karena Google kini merupakan search engine nomor satu di seluruh dunia dan menjadi gerbang menuju internet. Agar search engine terkait brand kita aman, PR jangan hanya memahami manusia tapi juga memahami cara bekerja robot alias Google.

“Kita harus memonitor betul brand kita dengan keyword-keyword terkait. Sudah aman atau belum. Jangan sampai ada customer review yang jelek. Karena itu, jangan sampai karena terlalu hype sama media sosial, lalu searh engine dilupakan. Justru search engine harus nomor satu. Jangan sampai tidak imbang,” katanya.

Andi melanjutkan, hal ketiga yang harus diperhatikan praktisi PR adalah influencer. Ketika selama ini PR selalu fokus kepada publisher atau media, kini PR juga perlu memperhatikan influencer, bahkan hingga micro influencer alias influencer yang meski followernya tidak terlalu banyak, tapi memiliki pengaruh besar terhadap suatu topik. Karena itu, PR perlu merangkul micro influencer.

Keempat, konten. Di era digital, konten-konten yang dibuat oleh PR harus memiliki manfaat bagi audiens. Jika selama ini konten yang dipublikasikan selalu mengenai perusahaan, maka kini saatnya PR membuat konten yang terkait dengan kepentingan audiens, misalnya pengentasan kemiskinan atau hal yang terkait Sustainable Development Goals (SDGs).

“Seharusnya perusahaan bukan hanya jualan tapi providing solution. Jadi kita tetap bisa making money sambil menyelesaikan masalah sosial. Konten tidak company centric tapi harus relevan dengan audiensnya. Jadi jangan sampai kita ngomongin tentang diri kita terus tapi bukan hal-hal yang terkait dengan audiensnya,” katanya.

Kelima, big data. Di tengah lautan big data, PR tidak boleh tenggelam, sebaliknya big data harus digunakan sebagai masukan strategi ke depan. “Jangan sampai tidak fokus dan tenggelam di lautan data, tapi kita harus riding di ombak lautan data,” kata Andi pada acara yang digelar Majalah PR INDONESIA dan LSP LSPR itu.

Untuk mengimplementasikan kelima hal tersebut, Andi mengingatkan agar departemen PR di perusahaan tidak berjalan sendiri-sendiri dan terkotak-kotak. Mereka harus bersinergi dengan bidang-bidang lain yang terkait, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai bersama.

Pengedit : Hanif

Sumber : PR Indonesia.com


bottom of page