Bagaimana menjadi Humator yang berkredibilitas
I. HUMATOR DAN STRATEGI
1. Menembus Daya Tangkal Khalayak
Tugas humator dalam "Humas Unggul" yang berparadigma baru adalah membuat citra positif dan dukungan publik secara jujur.
Individu-individu yang menjadi khalayak dan publiknya memiliki daya tangkal dan filter konseptual (seperti motif, kepentingan, ideologi) yang membuatnya tidak mudah dipengaruhi.
Setiap individu memiliki sifat "Keras Batu" yang dilukiskan dalam "Teori Khalayak Kepala Batu" (The Obstinate Audience Theory).
Humator sebagai pembuat citra dan humas sebagai industri citra harus memiliki perencanaan dan strategi komunikasi yang tepat dalam melakukan aktivitas pencitraan.
Istilah Strategi berasal dari Bahasa Yunani, strategia, yang berarti kepemimpinan atas pasukan atau seni memimpin pasukan. Kata strategia bersumber dari kata strategos yang berkembang dari kata stratos (tentara) dan kata agein (memimpin).
Strategi menurut Arifin (1994:10) adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang harus dijalankan saat ini, sesuai dengan situasi dan kondisi untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi pencitraan diperlukan karena khalayak itu memiliki "Daya Tangkal" dan sifat "Keras Kepala" atau "Kepala Batu" yang diproses melalui filter konseptual setiap individu khalayak.
Sifat "Keras Kepala" individu-individu itu dapat "dilunakkan" melalui metode "Persuasif Ilmiah" (scientific persuasion).
Kajian tentang persuasi menunjukkan bahwa daya tangkal khalayak itu dapat ditembus. Pada masa Yunani Klasik, telah dikenal adanya "Retorika Persuasif" yang mampu membujuk atau merayu publik dengan lebih banyak menyentuh emosi atau afeksi dari aspek kognisi individu khalayak.
Media memiliki banyak aspek yang membuat dirinya penting dalam kehidupan masyarakat dan pencitraan, terutama karena daya jangkau (coverage) media massa yang sangat luas dalam menyebarluaskan berita, citra, dan opini politik dengan dukungan teknologi yang canggih.
Media massa juga mampu melipat gandakan pesan (multiplier of message) yang berisi pencitraan dengan jumlah besar, dan sekaligus menciptakan wacana pada khalayaknya, dalam menjalankan fungsinya sebagai agenda setter.
Pesan yang disalurkan media massa itu telah "dikemas" melalui proses framing serta berfungsi sebagai agenda setter.
Menurut Noelle Neumann (1973), menjelaskan bahwa kekuatan media massa didukung oleh adanya kerjasama tiga faktor, yaitu :
1. Ubiquity : "serba hadir" berarti bahwa media massa berada dimana-mana dan sulit dihindari oleh khalayak, sehingga media massa mampu mendominasi lingkungan informasi.
2. Cumulative of Message : "Kumulasi Pesan" terjadi karena dengan pesan media massa yabg bersifat kumulatif, dapat memperkuat dampaknya, melalui pengulangan pesan berkali-kali dan penyatuan pesan yang terpotong-potong.
3. Consonance of Journalists : "Keseragaman para wartawan" dari berbagai jenis media, semakin menambah terpaan dan dampak media massa terhadap khalayak.
*Kerjasama berbagai faktor tersebut,seperti :
(1) Coverage; (2) Multiple of Message; (3) Agenda Setter; (4) Media as link in other chains; (5) Ubiquity; (6) Cumulative of Message; (7) Consonance of Journalists.
*Strategi Pencitraan yang menggunakan prinsip "Komunikasi Efektif" mencakup :
(1) membangun kredibilitas humator; (2) membina dukungan organisasi; (3) memahami karakteristik khalayak (publik); (4) menyusun pesan persuasif positif; (5) menetapkan metode komunikasi yang tepat; (6) memilah dan memilih media.
II. MEMBANGUN KREDIBILITAS HUMATOR
Untuk menjalankan tugasnya sebagai perantara atau mediator, maka seorang pehumas atau humator harus memiliki kompetensi, moral, dan perilaku yang baik, agar ia dapat memperoleh kredibilitas.
Kredibilitas humator atau pehumas sangat penting dalam menjalin hubungan dan komunikasi efektif. Kredibilitas dapat diartikab terpercaya oleh publik, karena kompetensinya yang diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman yang memadai.
Davis K. Berlo (1962) menjelaskan bahwa kredibilitas seseorang bisa timbul jika memiliki: (1) communication skill, yaitu keterampilan berkomunikasi; (2) knowledge, yaitu pengetahuan yang luas tentang substansi yang disampaikan; (3) attitude, yaitu sikap jujur dan bersahabat; (4) sociak and cultural system, yaitu mampu beradaptasi dengan sistem sosial budaya.
James McCroskey (1966), menyatakan bahwa kredibilitas seseorang komunikator dapat dimiliki, karena : (1) competence, yaitu kemampuan atau penguasaan terhadap substansi yang disampaikan; (2) attitude, yaitu sikap tegas pada prinsip;
(3) intention, yaitu tujuan yang baik; (4) personality, yaitu kepribadian yang hangat dan bersahabat; (5) dynamism, yaitu dinamika yang menunjukkan cara penyajian yang menarik dan tidak membosankan.