top of page

PERANAN, RUANG LINGKUP TUGAS DAN SASARAN KEGIATAN PUBLIC RELATIONS

PERANAN, RUANG LINGKUP TUGAS DAN SASARAN KEGIATAN PUBLIC RELATIONS


Perkembangan profesionalisme public relations yang berkaitan dengan pengembangan peranan PR, baik sebagai praktisi maupun profesional dalam suatu organisasi atau perusahaan Menurut Dozier D. M (1992) bahwa pengembangan peranan PR merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi public relations dan komunikasi organisasi, selain itu merupakan kunci untuk pengembangan peranan praktisi PRO ( Pejabat Humas ) dan pencapaian profesionalisme dalam public relations. Peranan public relations dalam suatu organisasi dapat dibagi empat kategori ( Dozier D. M,1995 ) :


1. Penasehat Ahli ( Expert Presciber ) : Seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya ( public relationship ). Hubungan praktisi pakar PR dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dan pasiennya. Artinya, pihak manajemen klobertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar PR ( Expert Presciber ) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan public relations yang sedang dihadapi oleh organisasi bersangkutan.


2. Fasilitator Komunikasi ( Communication Fasilitator ) : Dalam hal ini praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membawa pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Pihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.


3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah ( Problem Solving Process Fasilitator ) : Peran praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan PR ini merupakan bagian tim dari manajemen. Hal ini dimaksud untuk membantu pimpinan organisai baik sebagai penasehat (Adviser ) hingga mengambil tindakan eksekusi ( Keputusan ) dalam mengatasi persoalan atau crisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional. Biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang terjadi, maka di bentuk suatu tim posko yang di koordinir praktisi ahli PR dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam suatu tim khusus dalam membantu suatu organisasi, perusahaan, produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan tertentu.


4. Teknisi Komunikasi ( Communication Technician ) : Berbeda dengan 3 peranan praktisi PR profesional, sebelumnya yang terkait adalah dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan Communication Technician ini menjadikan praktisi PR sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknisi komunikasi atau dikenal dengan metode of communication in organization. Sistem komunikasi dalam organissasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dalam tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal sama berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya. Dari praktisi PR tersebut di lapangan, dapat ditarik 2 peranan atau fungsi praktisi PR yang harus ada dalam suatu organisasi. I Gusti Ngurah Putra dalam majalah Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia., " Komunikasi dan Budaya " (1997 : 126-127 ) menyatakan seorang praktisi PR harus berkembang menjadi manajer yang memiliki Kemampuan "Manajerial" (managerial skills) atau Public Relations Manager. Dan memiliki " Kemampuan Teknis " dalam berkomunikasi bahkan mungkin kedua model praktisi PR profesional tersebut harus dikuasai sekaligus praktisi PR bersangkutan dalam menjalankan fungsinya pada aktivitas dan operasionalmanajemen organisasi.- Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak. Masa Depan PR Bakal Cerah - Suharjo Nugroho (Managing DirectorIMOGEN PR) Sumber :Majalah PR Indonesia 2017



"Prediksi bahwa Public Relations ( PR ) dan marketing akan makin selaras sejatinya telah terjadi di Indonesia. Kedua bidang ini telah lama saling sinergi." Menurut Managing Director IMOGEN PR Suharjo Nugroho, PR dan Marketing idealnya memang bersinergi untuk mewujudkan goals perusahaan. Melalui kekuatan strategi dan konten, PR dapat membantu kampanye marketing menjadi lebih impactfull dan mengena kepada audience atau stakeholders yang disasarnya. Strategi dan konten pula yang turut mendorong marketing memiliki ekspektasi lebih besar ke PR. Apalagi kini konsumen sudah tidak bisa lagi dipapar hanya dengan advertising, tapi bagaimana mereka diengage oleh brand. "Nah, how to engage itu orang PR yang bias melakukannya," kata Jojo panggilan karibnya kepada PR Indonesia pertengahan Juni lalu Dalam perspektif Jojo, besarnya kebutuhan marketing kepada PR membuat peran PR kian strategis. "Sekarang PR tidak hanya mengurus press conference, tapi juga dilibatkan sejak awal hingga akhir kampanye, termasuk pembuatan konten," katanya. Jojo menilai wahar adanya pandangan dari 87% praktisi PR yang disurvei dalam Global Communications Report 2017, yang mengatakan bahwa istilah "public relations" tidak lagi memadai untuk menggambarkan pekerjaan mereka dalam lima tahun ke depan. Sebab, peranPR memang makin besar, dengan pendekatan yang makin berubah.


"DIGITAL STORYTELLING" Ketua Bidang Humas APPRI ini mengamini tiga tren utama yanh akan berkembang di dunia PR yaitu digital storytelling, social listening, dan big data. Tren digital storytelling menguat karena sekarang masyarakat muak dicekoki dengan jargon-jargon kampanye brand dan endorser produk yang terlalu vulgar. "Sekarang orang maunya dengerin cerita, jualannya lebih soft, makanya storytelling lebih efektif," ujar alumni Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia ini. Sementara itu, social listening juga makin banyak digunakan PR dan Marketing untukmemonitor percakapan yang berkembang di masyarakat melalui media sosial. Menurut Jojo social listening ini lebih efektif dan efisien dari sisi biaya dibanding riset langsung dengan menyebarkan kuesioner di sejumlah kota. "Keduanya adalah cara kita mendengarkan publik, formatnya saja yang baru, kalau dulu lewat riset manual sekarang lewat riset digital sosial listening, dan itu jauh lebih cepat dan mudah. Challenge-nya adalah membedakan antara informasi yang hoax dan bukan," jelasnya. Dalan penelitian Global Communication Report 2017, juga terungkap bahwa alasan perusahaan merekrut agensi PR adalah creative thinking da strategic insight. Dua hal itu seringkali luput dari corporate PR karena kesibukan dan rutinitas, karena itu merrka menyerahkan ke agensi. "Agensi dianggap bisa lebih berpikir kreatif karena bisa melihat industri secara luas. Agensi lebih kreatif karena dituntut menangani berbagai industri yang berbeda," katanya. Selain itu, agensi PR juga memiliki strategic insight lebih mendalam dibanding internal PR, Karena mereka lebih bebas untuk mencari insight dari stakeholders nya. Jojo optimis PR di Indonesia akan terus berkembang, apalagi di banding industri lainnya yang sudah mulai sunset, Karena PR baru saja tumbuh sehingga masa depan PR masih sangat panjang.


bottom of page